Gunung Semeru Erupsi 115 Kali dalam 24 Jam
sahabatmedia.com – Gunung Semeru kembali menunjukkan aktivitas tinggi dalam 24 jam terakhir. Berdasarkan data dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), gunung yang terletak di perbatasan Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, tercatat mengalami 115 kali erupsi dalam periode satu hari. Aktivitas ini membuat warga sekitar diminta tetap waspada dan tidak beraktivitas di zona bahaya.
PVMBG menyebutkan, erupsi tersebut didominasi oleh letusan abu vulkanik dengan intensitas sedang hingga kuat. Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga cokelat tua, dengan ketinggian mencapai 700 hingga 1.000 meter di atas puncak gunung. Sementara itu, suara gemuruh dan getaran vulkanik masih sering terdengar di pos pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Lumajang.
Meskipun aktivitas meningkat, PVMBG menegaskan status Gunung Semeru masih berada pada level III atau “Siaga”, namun masyarakat diminta untuk tetap mengikuti imbauan dan tidak mendekati area berbahaya.

Aktivitas Vulkanik Gunung Semeru Masih Tinggi
Menurut laporan resmi PVMBG, aktivitas Gunung Semeru memang cenderung fluktuatif selama beberapa minggu terakhir. Intensitas erupsi meningkat sejak awal Oktober, dengan frekuensi letusan yang terus bertambah. Para petugas mencatat adanya peningkatan tekanan magma yang dapat memicu erupsi lebih besar jika tidak diikuti dengan pelepasan energi secara bertahap.
Petugas pos pantau, Liswanto, menjelaskan bahwa getaran vulkanik dalam masih sering terdeteksi dengan amplitudo mencapai 25 mm. “Kami terus memantau kondisi gunung dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat. Saat ini arah angin dominan ke barat daya, jadi abu vulkanik berpotensi melanda beberapa wilayah di Lumajang bagian selatan,” ujarnya.
Warga juga diingatkan untuk tidak melakukan aktivitas di sekitar Kali Kobokan, Kali Lanang, dan Kali Sat, yang merupakan jalur aliran lahar dingin dan panas. Potensi bahaya sekunder seperti banjir lahar masih bisa terjadi, terutama saat curah hujan tinggi.
Imbauan PVMBG untuk Warga Sekitar Semeru
PVMBG kembali mengingatkan masyarakat agar mematuhi rekomendasi keamanan. Warga dilarang beraktivitas dalam radius 5 kilometer dari puncak kawah Jonggring Seloko, serta mewaspadai potensi luncuran awan panas di sepanjang lembah sungai yang berhulu di puncak.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk selalu memakai masker saat beraktivitas di luar rumah untuk menghindari gangguan pernapasan akibat abu vulkanik. Pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang sudah menyiapkan posko siaga dan jalur evakuasi bagi warga di wilayah rawan.
Kepala BPBD Lumajang, Patria Dwi Hasto, menegaskan bahwa pihaknya sudah berkoordinasi dengan PVMBG dan aparat setempat untuk kesiapsiagaan. “Kami terus update informasi kepada masyarakat. Jika ada peningkatan signifikan, langkah evakuasi sudah disiapkan,” ujarnya.
Dampak Erupsi terhadap Warga dan Aktivitas Ekonomi
Dampak dari erupsi ini mulai terasa bagi sebagian masyarakat yang tinggal di wilayah sekitar kaki gunung. Beberapa desa di Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro dilaporkan tertutup abu vulkanik tipis. Sejumlah warga juga mengeluhkan gangguan pernapasan ringan, terutama anak-anak dan lansia.
Sementara itu, aktivitas ekonomi seperti pertanian dan perkebunan sempat terganggu karena abu menutupi lahan dan tanaman. Pemerintah daerah sudah menyalurkan bantuan masker serta membersihkan fasilitas umum dari tumpukan abu. Meski begitu, situasi masih terkendali dan belum ada laporan korban jiwa.
Para pelaku wisata juga diminta menunda kunjungan ke kawasan sekitar Semeru untuk sementara waktu. Jalur pendakian ke puncak gunung masih ditutup total sejak erupsi besar pada Desember 2021 lalu.
Peneliti Jelaskan Pola Erupsi Gunung Semeru
Ahli vulkanologi dari Universitas Brawijaya, Dr. Tri Rahmawati, menjelaskan bahwa pola erupsi Gunung Semeru saat ini bersifat vulkanian, yaitu tipe letusan yang terjadi akibat tekanan gas dalam magma yang meningkat secara cepat. “Semeru merupakan gunung api aktif yang hampir setiap hari mengalami erupsi kecil hingga sedang. Namun, jika tekanan gas terus meningkat, bisa memicu erupsi besar sewaktu-waktu,” ungkapnya.
Ia menambahkan, frekuensi erupsi yang tinggi bisa menjadi indikator pelepasan energi alami dari dalam gunung. Meski begitu, masyarakat tetap perlu waspada karena perubahan kondisi vulkanik bisa terjadi dengan cepat tanpa tanda-tanda signifikan.
Upaya Pemerintah dan BMKG dalam Mitigasi Bencana
Pemerintah pusat melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiapkan langkah-langkah antisipasi. Salah satunya adalah memperkuat sistem peringatan dini berbasis sensor seismik dan drone thermal untuk memantau pergerakan magma di kawah.
Selain itu, BMKG juga berperan penting dalam memberikan informasi arah sebaran abu vulkanik agar penerbangan dan aktivitas masyarakat bisa diantisipasi lebih baik. Beberapa bandara di Jawa Timur dilaporkan masih beroperasi normal, tetapi tetap siaga terhadap perubahan arah angin yang bisa membawa abu ke wilayah udara.
Menteri ESDM juga menegaskan pentingnya kolaborasi lintas lembaga agar mitigasi bencana bisa dilakukan secara cepat dan terkoordinasi.
Kesadaran Masyarakat Jadi Kunci Mitigasi Efektif
Mitigasi bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga seluruh elemen masyarakat. Edukasi dan kesiapsiagaan warga sekitar gunung menjadi faktor penting dalam meminimalkan risiko. Berbagai komunitas relawan di Lumajang, seperti relawan Semeru Rescue dan Komunitas Siaga Bencana, aktif memberikan pelatihan tanggap darurat kepada warga desa.
Warga juga diajak untuk memanfaatkan teknologi, seperti aplikasi Magma Indonesia milik PVMBG, yang menyediakan informasi aktivitas gunung api secara real-time. Dengan kesadaran dan kepatuhan terhadap rekomendasi resmi, potensi korban akibat erupsi bisa ditekan seminimal mungkin.
Warga Diharapkan Tetap Tenang dan Siaga
Tetap Waspada, Tapi Jangan Panik
Meski aktivitas Gunung Semeru meningkat dengan 115 kali erupsi dalam 24 jam, masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan mengikuti informasi resmi dari PVMBG atau BPBD. Jangan mudah terpancing kabar hoaks di media sosial yang bisa menimbulkan kepanikan.
Harapan untuk Cuaca dan Aktivitas Gunung
BMKG memperkirakan cuaca di sekitar Lumajang akan relatif cerah beberapa hari ke depan, sehingga pengamatan visual gunung bisa dilakukan dengan lebih baik. Meski begitu, PVMBG tetap menegaskan bahwa kewaspadaan perlu dijaga karena aktivitas vulkanik bisa berubah sewaktu-waktu.
