Viral Cuaca Daerah

Gempa Bumi Bermagnitudo 3.7 Guncang Lembata NTT, Warga Rasakan Getaran Singkat

Gempa Bumi Bermagnitudo 3.7 Guncang Lembata NTT, Warga Rasakan Getaran Singkat

sahabatmedia.com – Wilayah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), kembali diguncang gempa bumi pada Senin malam, 27 Oktober 2025. Berdasarkan laporan resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut memiliki kekuatan magnitudo 3.7 dan terjadi sekitar pukul 21.34 WITA.

Meskipun kekuatannya tergolong kecil, gempa ini cukup terasa oleh warga di beberapa kecamatan sekitar Lewoleba. Beberapa warga bahkan mengaku sempat keluar rumah karena panik, meski durasi getarannya hanya berlangsung beberapa detik.

Lokasi dan Detail Gempa Menurut Data BMKG

Menurut keterangan BMKG, pusat gempa bumi berada di koordinat 8.38 Lintang Selatan dan 123.43 Bujur Timur, atau sekitar 17 kilometer barat daya Kabupaten Lembata. Gempa terjadi di kedalaman 10 kilometer, yang termasuk kategori gempa dangkal.

BMKG menyebut bahwa gempa tersebut tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Meski begitu, mereka mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap kemungkinan gempa susulan, mengingat wilayah Lembata termasuk dalam zona aktif secara tektonik.

Seorang analis gempa BMKG Kupang menjelaskan bahwa sumber gempa berasal dari aktivitas sesar lokal di sekitar Pulau Lembata. Pola ini sudah sering terjadi mengingat posisi geografis NTT berada di pertemuan tiga lempeng besar dunia, yaitu Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia.

Reaksi dan Kesaksian Warga di Sekitar Lembata

Warga sekitar lokasi melaporkan bahwa getaran terasa cukup jelas, terutama di kawasan pesisir dan daerah permukiman padat penduduk. Seorang warga Lewoleba, Maria (42), mengatakan sempat terbangun dari tidurnya saat merasakan lantai rumah berguncang singkat.

“Awalnya dikira truk lewat, tapi ternyata lampu gantung juga goyang. Cuma sebentar, mungkin dua detik, tapi cukup bikin panik,” ungkapnya.

Di beberapa wilayah lainnya seperti Ile Ape dan Nagawutung, warga juga melaporkan hal serupa. Namun, tidak ada laporan kerusakan bangunan atau korban jiwa akibat gempa ini. Aparat desa bersama pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) langsung melakukan pemantauan lapangan tak lama setelah kejadian.

Kondisi Tektonik di Nusa Tenggara Timur

Nusa Tenggara Timur memang dikenal sebagai salah satu daerah rawan gempa di Indonesia. Posisi geografisnya yang berdekatan dengan zona tumbukan antar lempeng membuat aktivitas seismik di wilayah ini tergolong tinggi.

Selain itu, adanya jalur sesar aktif yang membentang dari Flores hingga ke Laut Sawu menambah potensi gempa bumi dangkal di beberapa wilayah. BMKG mencatat dalam tiga bulan terakhir, sudah terjadi lebih dari 20 kali gempa dengan magnitudo di bawah 5.0 di kawasan Flores dan Lembata.

Meski sebagian besar berskala kecil dan tidak berpotensi tsunami, getaran tetap bisa dirasakan masyarakat, terutama di daerah dengan struktur tanah lunak. Karena itu, BMKG terus memperkuat jaringan sensor di wilayah timur Indonesia agar deteksi dan peringatan dini bisa dilakukan lebih cepat.

Imbauan BMKG dan Pemerintah Daerah

BMKG mengimbau warga untuk tidak panik dan tetap tenang menghadapi situasi seperti ini. Mereka menekankan pentingnya memahami prosedur mitigasi bencana, terutama bagi masyarakat yang tinggal di kawasan rawan gempa.

Pemerintah daerah juga menegaskan bahwa koordinasi dengan BPBD dan aparat setempat sudah dilakukan untuk memastikan tidak ada dampak lanjutan dari kejadian tersebut. Kepala BPBD Lembata mengatakan bahwa pihaknya tetap siaga dan mengingatkan masyarakat agar memperhatikan informasi resmi dari BMKG, bukan dari media sosial yang belum tentu akurat.

“Jangan percaya pada kabar hoaks yang sering beredar setiap kali ada gempa kecil. Semua informasi resmi akan kami sampaikan melalui kanal BPBD atau BMKG,” ujarnya.

Pentingnya Edukasi Bencana di Wilayah Rawan Gempa

Kejadian gempa di Lembata kali ini menjadi pengingat bahwa edukasi kebencanaan masih perlu ditingkatkan. Banyak warga yang masih belum tahu langkah awal yang benar saat gempa terjadi, seperti mencari area terbuka atau berlindung di bawah struktur yang kuat.

Pemerintah daerah bersama relawan setempat berencana menggelar sosialisasi tanggap bencana di beberapa sekolah dan perkampungan dalam waktu dekat. Langkah ini diharapkan bisa menumbuhkan kesadaran dan kesiapsiagaan masyarakat terhadap ancaman gempa bumi di masa depan.

Gempa bumi bermagnitudo 3.7 yang mengguncang wilayah Lembata, Nusa Tenggara Timur, menjadi salah satu pengingat penting bagi masyarakat untuk selalu siap siaga. Walau tidak menimbulkan korban atau kerusakan besar, kejadian ini memperlihatkan bahwa wilayah Indonesia bagian timur masih aktif secara tektonik.

Dengan edukasi yang tepat, kesiapan masyarakat, dan dukungan teknologi pemantauan BMKG, dampak dari setiap gempa bisa diminimalkan. Kesadaran kolektif menjadi kunci utama agar masyarakat tidak hanya tangguh dalam menghadapi bencana, tapi juga lebih waspada dalam menanggapi setiap potensi ancaman alam.